Oleh Michael Sin, Mariko Ishikawa dan Jason Scott di 27/5/2019
Mantan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill. Foto: Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik.
HONG KONG, SYDNEY dan CANBERRA (Bloomberg) – Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill telah mengundurkan diri, kata mitranya dari Australia. Australian Broadcasting Corp. melaporkan dia akan menyerahkan kepemimpinannya kepada Julius Chan, mengutip komentar pada konferensi media di Port Moresby.
“Peter telah menjadi pelayan yang penuh gairah di negaranya,” Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan kepada wartawan, Minggu di Canberra. Morrison tidak sabar untuk bekerja dengan pengganti O’Neill, katanya, tanpa mengonfirmasi penunjukan Chan.
Pengunduran diri O’Neill terjadi saat ia menghadapi potensi mosi tidak percaya setelah ketidakpuasan atas perjanjian gas alam yang baru-baru ini ditandatangani dengan Total SA Prancis memicu gelombang pengunduran diri menteri. Pemerintahannya pada 7 Mei menunda parlemen hingga 28 Mei, untuk menghindari ancaman langsung mosi tidak percaya.
Gerakan baru-baru ini di parlemen telah menunjukkan “kebutuhan untuk perubahan,” laporan ABC mengutip pernyataan O’Neill.
Pemerintah berada di bawah tekanan untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dari perluasan proyek gas alam cair, termasuk yang dipimpin oleh raksasa energi ExxonMobil Corp. dan Total senilai $ 13 miliar. Itu menyusul kritik dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional bahwa proyek LNG asli negara itu hanya memberikan manfaat terbatas kepada rakyatnya.
Pengunduran diri O’Neill kemungkinan akan menimbulkan pertanyaan tentang rencana perluasan industri LNG.
Gejolak politik negara tersebut menimbulkan risiko terhadap tujuan menggandakan ekspor LNG pada tahun 2025, Fitch Solutions mengatakan dalam sebuah laporan awal bulan ini. Mengutip kebutuhan akan kejelasan lebih lanjut, Fitch mempertahankan perkiraannya “agar pipa proyek LNG yang direncanakan dan diusulkan PNG dapat direalisasikan secara penuh.”
“Peter O’Neill tampaknya berusaha untuk mempertahankan koalisinya dalam kekuasaan dengan langkah menyerahkan kepemimpinan kepada Sir Julius Chan,” kata Shane McLeod, seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam PNG di Lowy Institute. “Dengan menawarkan jabatan PM, dia menargetkan gubernur provinsi terkenal (yang sebelumnya berada di pemerintahan) dan menantang mereka untuk memilih kandidat dari pemerintah.”
Dikeluarkan Oleh : Data Sidney/a>